Nafasku
terengah –engah aliran darah bergejolak pikiran seakan berputar keras dan
sepasang mata bola itu masih hangat di bayanganku. Entah mimpi apa siang itu
Dewi Fortuna serasa seiring dengan ku.
###
Kedai
kopi pagi ini cukup ramai oleh sebab itu aku sengaja membukanya lebih awal dari
hari biasanya. Hari ini dan hari –hari seterusnya aku berharap si tiga detik
dengan sepasang mata bola yang indah akan hadir disetiap hari ku.
“Pak kita akan tutup jam berapa ? ini sudah terlalu
larut dari biasanya, pengunjung pun sudah tidak ada” pegawai kedai bertanya.
Dengan perasaan sedikit gelisah ku jawab, “ sebentar
lagi 15 menit lagi aku yakin dia datang”. Pegawai merasa heran dengan jawaban
yang diberikan seketiaka pun pergi ke pantry.
###
Dua minggu
berlalu namun masih saja terasa hangatnya ingatan tentang si tiga detik. Lamunan
ku pun pecah seketika saat seorang pelanggan memanggil – manggil Pak.
“ permisi ! bia pesan milk shake cappucinnonya satu
dan cake tiramisu nya dua” , seorang pelanggan berkata.
Dega si pemilik kedai tetep tercengang saat pembeli
itu muncul tiba – tiba dari balik etalase.
“hallo ! pemisi apa saya bisa pesan!” , pelanggan itu pun berkata
lagi.
“ah, maaf saya tidak dengar bisa ulangi pesanan anda
!” ,Dega menjawab dengan tatapan terkejut. Si pelanggan pun mengulangi
pesanannya dengan jelas.
Kemudian Dega sengaja meminta pada pegawainya agar
ia yang mengantarkan pesanannya sendiri untuk pelanggan itu. Seperti tidak mau
kehilangan jarum emasnya lagi Dega memberanikan diri bertanya nama pelanggan
itu dengan alasan anda tepilih sebagai pelanggan ke – 100 hari ini dan mendapat
hadiah cake tiramisu dengan syarat mengisi form tamu kehadiran. Meski caranya
yang sangat klasik tapi tetap elegant tanpa harus menjatuhkan harga diri.
###
“ Rif ! buka kedai hari ini tidak perlu terlalu
pagi. Saya akan pergi ke salah satu pemasok kopi kita jadi buka sekitar jam 11
saja.” Pesan singkat yang ia tulis untuk Arif salah satu pegawai kedainya.
0 comments:
Post a Comment