Tuesday, March 26, 2013

Tiga Detik Ku



          Nafasku terengah –engah aliran darah bergejolak pikiran seakan berputar keras dan sepasang mata bola itu masih hangat di bayanganku. Entah mimpi apa siang itu Dewi Fortuna serasa seiring dengan ku.
          ###
          Kedai kopi pagi ini cukup ramai oleh sebab itu aku sengaja membukanya lebih awal dari hari biasanya. Hari ini dan hari –hari seterusnya aku berharap si tiga detik dengan sepasang mata bola yang indah akan hadir disetiap hari ku.
“Pak kita akan tutup jam berapa ? ini sudah terlalu larut dari biasanya, pengunjung pun sudah tidak ada” pegawai kedai bertanya.
Dengan perasaan sedikit gelisah ku jawab, “ sebentar lagi 15 menit lagi aku yakin dia datang”. Pegawai merasa heran dengan jawaban yang diberikan seketiaka pun pergi ke pantry.
          ###
          Dua minggu berlalu namun masih saja terasa hangatnya ingatan tentang si tiga detik. Lamunan ku pun pecah seketika saat seorang pelanggan memanggil – manggil Pak.
“ permisi ! bia pesan milk shake cappucinnonya satu dan cake tiramisu nya dua” , seorang pelanggan berkata.
Dega si pemilik kedai tetep tercengang saat pembeli itu muncul tiba – tiba dari balik etalase.
“hallo ! pemisi apa saya  bisa pesan!” , pelanggan itu pun berkata lagi.
“ah, maaf saya tidak dengar bisa ulangi pesanan anda !” ,Dega menjawab dengan tatapan terkejut. Si pelanggan pun mengulangi pesanannya dengan jelas.
Kemudian Dega sengaja meminta pada pegawainya agar ia yang mengantarkan pesanannya sendiri untuk pelanggan itu. Seperti tidak mau kehilangan jarum emasnya lagi Dega memberanikan diri bertanya nama pelanggan itu dengan alasan anda tepilih sebagai pelanggan ke – 100 hari ini dan mendapat hadiah cake tiramisu dengan syarat mengisi form tamu kehadiran. Meski caranya yang sangat klasik tapi tetap elegant tanpa harus menjatuhkan harga diri.
          ###
“ Rif ! buka kedai hari ini tidak perlu terlalu pagi. Saya akan pergi ke salah satu pemasok kopi kita jadi buka sekitar jam 11 saja.” Pesan singkat yang ia tulis untuk Arif salah satu pegawai kedainya.

0 comments:

Post a Comment