Penalaran
adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empiric)
yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang
sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan
sejumlah proposisi yang diketahui aatau dianggap benar, orang menyimpulkan
sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang
disebut menalar. Dalam penalaraan, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan
disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan
konklusi (sonsequence). Ada dua jenis metode dalam menalar yaitu induktif dan
deduktif.
v EVIDENSI
Adalah semua fakta yang ada, yang
dihubung-hubungkan untuk membuktikan adanya sesuatu. Evidensi merupakan hasil
pengukuan dan pengamatan fisik yang digunakan untuk memahami suatu fenomena.
Evidensi sering juga disebut bukti empiris. Akan tetapi pengertian evidensi ini
sulit untuk ditentukan secara pasti, meskipun petunjuk kepadanya tidak dapat
dihindarkan.
Dalam wujid yang paling rendah evidensi
itu derbentuk data atau informasi. Yang dimaksud dengan data atau informasi
adalah bahan keterangan yang diperoleh dari suatu sumber tertentu.
Cara menguji data :
Data dan informasi yang di gunakan dalam penalaran harus merupakan fakta. Oleh karena itu perlu diadakan pengujian melalui cara-cara tertentu sehingga bahan-bahan yang merupakan fakta itu siap di gunakan sebagai evidensi.
Di bawah ini beberapa cara yang dapat di gunakan untuk pengujian tersebut.
1.Observasi
2.Kesaksian
3.Autoritas
Cara menguji data :
Data dan informasi yang di gunakan dalam penalaran harus merupakan fakta. Oleh karena itu perlu diadakan pengujian melalui cara-cara tertentu sehingga bahan-bahan yang merupakan fakta itu siap di gunakan sebagai evidensi.
Di bawah ini beberapa cara yang dapat di gunakan untuk pengujian tersebut.
1.Observasi
2.Kesaksian
3.Autoritas
Cara menguji fakta
Untuk menetapkan apakah data atau
informasi yang kita peroleh itu merupakan fakta, maka harus diadakan penilaian.
Penilaian tersebut baru merupakan penilitian tingkat pertama untuk mendapatkan
keyakinan bahwa semua bahan itu adalah fakta, sesudah itu pengarang atau
penulis harus mengadakan penilaian tingkat kedua yaitu dari semua fakta
tersebut dapat digunakan sehingga benar-benar memperkuat kesimpulan yang akan
diambil. Apakah itu dalam bentuk Konsistensi atau Koherensi.
v INFERENSI
Adalah membuat simpulan berdasarkan
ungkapan dan konteks penggunaannya. Dalam membuat inferensi perlu
dipertimbangkan implikatur. Implikatur adalah makna tidak langsung atau makna
tersirat yang ditimbulkan oleh apa yang terkatakan (eksplikatur).
Terdapat 2 jenis metode Inferensi :
1. Inferensi Langsung
Inferensi yang kesimpulannya ditarik dari hanya satu premis (proposisi yang digunakan untuk penarikan kesimpulan). Konklusi yang ditarik tidak boleh lebih luas dari premisnya.
Contoh : Ban motor Susi pecah sedangkan Susi besok ingin pergi ke kampus, tetapi Susi tidak mempunyai uang untuk mengganti ban motor.
kesimpulan : Susi besok tidak pergi ke kampus karena ban motornya pecah.
2. Inferensi Tak Langsung
Inferensi yang kesimpulannya ditarik dari dua / lebih premis. Proses akal budi membentuk sebuah proposisi baru atas dasar penggabungan proposisi-preposisi lama.
Contoh:
A : Anak-anak begitu gembira ketika ibu memberikan bekal makanan.
B : Sayang gudegnya agak sedikit saya bawa.
Inferensi yang menjembatani kedua ucapan tersebut misalnya (C) berikut ini.
C : Bekal yang dibawa ibu lauknya gudek komplit.
Terdapat 2 jenis metode Inferensi :
1. Inferensi Langsung
Inferensi yang kesimpulannya ditarik dari hanya satu premis (proposisi yang digunakan untuk penarikan kesimpulan). Konklusi yang ditarik tidak boleh lebih luas dari premisnya.
Contoh : Ban motor Susi pecah sedangkan Susi besok ingin pergi ke kampus, tetapi Susi tidak mempunyai uang untuk mengganti ban motor.
kesimpulan : Susi besok tidak pergi ke kampus karena ban motornya pecah.
2. Inferensi Tak Langsung
Inferensi yang kesimpulannya ditarik dari dua / lebih premis. Proses akal budi membentuk sebuah proposisi baru atas dasar penggabungan proposisi-preposisi lama.
Contoh:
A : Anak-anak begitu gembira ketika ibu memberikan bekal makanan.
B : Sayang gudegnya agak sedikit saya bawa.
Inferensi yang menjembatani kedua ucapan tersebut misalnya (C) berikut ini.
C : Bekal yang dibawa ibu lauknya gudek komplit.
·
Konsep
dan symbol dalam penalaran
Penalaran juga merupakan aktivitas
pikiran yang abstrak, untuk mewujudkannya diperlukan symbol. Symbol atau lambing
yang digunakan dalam penalaran berbentuk bahasa, sehingga wujud penalaran akan
berupa argument.
Kesimpulannya adalah pernyataan atau
konsep adalah abstrak denga symbol berupa kata, sedangkan untuk proposisi symbol
yang digunakan adalah kalimat (kalimat berita) dan penalaran menggunakan
symbol berupa argument. Argumenlah yang dapat menetukan kebenaran konklusi
dari premis.
Berdasarkan paparan di atas jelas bahwa
tiga bentuk pemikiran manusia adalah aktivitas berpikir yang saling berkait. Tidak
ada proposisi tanpa pengertian dan tidak akan ada penalaran tanpa proposisi. Bersama
– sama dengan terbentuknya pengertian perluasannya akan terbentuk pula proposisi
dan dari proposisi akan digunakan sebagai premis bagi penalaran. Atau dapat
juga dikatakan untuk menalar dibutuhkan proposisi sedangkan proposisi merupakan
hasil dari rangkaian pengertian.
Syrat
–syarat kebenaran dalam penalaran
Jika seseorang melakukan penalaran,
maksudnya tentu adalah untuk menemukan kebenaran. Kebenaran dapat dicapai jika
syarat - syarat dalam menalar dapat dipenuhi.
·
Suatu penalaraan bertolak dari
pengetahuan yang sudah dimiliki seseorang akan sesuatu yang memang benar atau sesuatu
yang memang salah.
·
Dalam penalaraan, pengetahuan yang
dijadikan dasar konklusi adalah premis. Jadi premis harus benar. Benar di sini
harus meliputi sesuatu yang benar secara formal.
·
Maupun material. Formal berarti
penalaraan memiliki bentuk yang tepat, diturunkan dari aturan –aturan berpikir
yang tepat sedangkan material berarti isi atau bahan yang dijadikan sebagai
premis tepat.
0 comments:
Post a Comment